Minggu, 16 Desember 2012


Gugus Keamanan Laut Libatkan 8 KRI Dalam Operasi Di Selat Malaka Dan Natuna
ARMABAR : Komandan Gugus keamanan laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Guskamlaarmabar) dengan Komandan Kolonel Laut (P) Arusukmono Indra Sucahyo pimpin gelar operasi dengan nama operasi Alur Pari-12 dan Taring Pari-12 dengan melibatkan lebih dari 8 (delapan) unsur Kapal Perang jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat.
Operasi Alur Pari digelar oleh Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat secara terus menerus dan berlanjut dalam rangka mengamankan alur laut Perairan Indonesia khsusnya di kawasan perairan Natuna sampai dengan kawasan perairan Pulau Bangka Belitung sebagai jalur lalu lintas pelayaran kapal–kapal niaga maupun para pengguna laut lainnya.
Sedangkan Taring Pari-12 sebagai salah satu Operasi yang digelar di perairan Selat Malaka sampai dengan perairan Sabang dalam rangka mengemban fungsi dan peran TNI Angkatan Laut guna menegakkan kedaulatan dan hukum di laut khususnya wilayah barat Indonesia.
Unsur-unsur KRI yang digelar dalam operasi Taring Pari-12 tersebut bertugas melaksanakan deteksi dini dan mengidentifikasi terhadap para pengguna laut khususnya di wilayah perairan yang memiliki tingkat kerawanan terjadinya tindak pelanggaran di laut.
Selama digelar operasi, unsur-unsur KRI bertugas melaksanakan pengejaran dan penangkapan serta penyelidikan terhadap kapal-kapal yang diduga melakukan tindak pelanggaran di laut. Dalam operasi Alur Pari-12 dan Taring Pari-12 kali ini melibatkan lebih dari 8 (delapan) Unsur KRI jenis Parchim, Patroli cepat FPB 57, Patroli cepat 40 antara lain KRI Pati Unus-384, KRI Welang-808, KRI Sigurot-864, KRI Silea-858 dan KRI Clurit-641, serta KRI Tenggiri-865.
Unsur-unsur yang dilibatkan dalam operasi tersebut, dua KRI jenis Kapal cepat Rudal KRI Clurit-641 yang sehari-hari dibawah pembinaan Satuan Kapal Cepat dengan Komandan Kolonel Laut (P) David Santoso dan KRI Welang-808 sehari-hari dibawah pembinaan Komandan Satuan Kapal Patroli Komando Armada RI Kawasan Barat (Satrolarmabar) Letkol Laut (P) Deni Septiana, S.I.(Dispen Armabar)



Beirut, 12 Desember 2012
Setelah enam bulan sukses mengemban United Nations Security Council Resolution (UNSCR) Nomor 1701, pada tanggal 12 Desember 2012, KRI Sultan Hasanuddin-366 bertolak dari pelabuhan Beirut, Lebanon  menuju tanah air. Kesuksesan dan kebanggaan dirasakan oleh seluruh prajurit KRI Sultan Hasanuddin-366 karena telah berhasil melaksanakan misi perdamaian dunia setelah bergabung dengan Maritime Task Force/United Nations Interim Force In Lebanon (MTF/UNIFIL) di bawah bendera PBB sejak bulan Juni silam.

Keberangkatan KRI Sultan Hasanuddin-366 dilepas oleh Duta Besar RI Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Lebanon Bapak Dimas Samodra Rum, MTF Commander Rear Admiral Wagner Lopes de Moraes ZAMITH, Atase Pertahanan RI di Kairo Kolonel Marinir Ipung Purwadi, Komandan Kontingen Garuda Kolonel ADM Darmawan Bhakti, pejabat MTF, perwakilan Kontingen Garuda dari Naqoura dan Indobatt serta Staf KBRI. Sebelum pemberangkatan, para prajurit KRI Sultan Hasanuddin-366 menerima pengarahan dan ucapan selamat atas keberhasilan dalam misi perdamaian ini dari Dubes RI LBBP di geladak hely.

Masa penugasan KRI Sultan Hasanuddin-366 dalam MTF/UNIFIL secara resmi berakhir (Out of Change Operations) pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 15.00 local time, hal ini ditandai dengan penurunan bendera PBB dan penghapusan tulisan UN pada lambung kapal. Banyak prestasi yang ditorehkan KRI Sultan Hasanuddin-366 selama 19 kali ontask, antara lain telah berhasil melaksanakanhailing sebanyak  686 kontak kapal permukaan dan melaksanakan monitor military air activity sebanyak 135 kontak pesawat militer. Selain itu bertindak sebagai MIO Commander sebanyak 13 kali, sebagai Anti Air Warfare Coordinator sebanyak 21 kali dan sebagaiHello Element Control sebanyak 18 kali.

Dalam setiap pelaksanaan latihan bersama dengan unsur-unsur MTF, KRI Sultan Hasanuddin-366 selalu mendapat apresiasi yang tinggi dari para komandan unsur maupun dari pejabat  MTF. Dalam hal pemberian trainingkepada para Kadet dan personel LAF-Navy, skill dan profesionalitas dari prajurit KRI Sultan Hasanuddin-366  mendapat kesan tersendiri, bahkan  saattraining tersebut personel LAF-Navy turut serta dalam setiap melaksanakan berbagai latihan peran, sehingga tujuan pelatihan lebih mengena pada sasaran.

Pengakuan keberhasilan yang dicapai oleh KRI Sultan Hasanuddin-366 dalam menjalankan misi perdamaian di wilayah perairan Lebanon ini ditunjukkan dalam bentuk penghargaan yang diberikan oleh pemerintah Lebanon melalui Lebanesse Armed Force Navy(LAF-Navy). Penghargaan itu berupa Valour Medale yang diserahkan langsung oleh Commander in Chief of LAF-Navy ColonelJoseph Gadban kepada Komandan KRI Sultan Hasanuddin-366 selaku Komandan Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-D/UNIFIL 2012 Letkol Laut (P) Dato Rusman SN. di Markas LAF-Navy yang dihadiri para perwira senior LAF-Navy.  Medali ini diberikan karena KRI Sultan Hasanuddin-366  telah memberikan banyak kontribusi nyata dalam menjaga perdamaian dan stabilitas maritim (Maritime Stability) di Lebanon.

Selain menerima penghargaan dari LAF-Navy, KRI Sultan Hasanuddin-366 juga menerima penghargaan berupa Certificate of Appreciation dari PBB yang diserahkan oleh Force Commander and Head of Mission of the UNIFIL  Major General Paolo Serra yang diterima oleh Komandan KRI Sultan Hasanuddin-366 di Markas UNIFIL, Naqoura tanggal 26 Nopember lalu danCertificate of Appreciation dari MTF Commander. Selain itu KRI Sultan Hasanuddin-366 juga mendapatkan Outstanding Performance Evaluationdari MTF Commander atas dedikasi dan kontribusinya dalam turut mewujudkan mandat PBB 1701 dan 2604.

Selain mengemban misi perdamaian dan diplomasi, KRI Sultan Hasanuddin-366 juga turut menyukseskan program pemerintah dalam hal mempromosikan wisata Indonesia ke luar negeri  yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif Republik Indonesia (Kemparekraf). Dengan demikian, kerja keras, semangat dan profesionalitas yang ditunjukkan oleh para prajurit KRI Sultan Hasanuddin-366 dalam melaksanakan misi internasional ini juga mampu mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia serta patut dibanggakan.(Dispenarmatim)

Sabtu, 27 Oktober 2012


Puluhan Roket Membumihanguskan Sekerat
Ratusan peluru yang terlontar dari meriam Canon 100 mm dan 30 mm di belasan tank amfibi menimbulkan suasana mencekam. Asap dan ledakan di mana-mana. Aroma tajam mesiu menyeruak di sepanjang garis pantai, mengiringi pendaratan ribuan marinir siap tempur dari kapal-kapal kokoh di pesisir. 
 Desa Sekerat membara. Pertempuran sengit kala fajar menyingsing membumihanguskan kawasan pegunungan kapur di sisi utara dari arah pantai. Serangan kilat artileri dan ribuan pasukan marinir melumpuhkan pertahanan musuh di gunung itu.
Ratusan peluru yang terlontar dari meriam Canon 100 mm dan 30 mm di belasan tank amfibi menimbulkan suasana mencekam. Asap dan ledakan di mana-mana. Aroma tajam mesiu menyeruak di sepanjang garis pantai, mengiringi pendaratan ribuan marinir siap tempur dari kapal-kapal kokoh di pesisir.
Eksotisme pantai Sekerat saat matahari terbit seolah tertutupi dengan kecamuk pertempuran. Deburan dan pecahan ombak seolah tak terdengar dikalahkan dentuman keras berbagai piranti tempur.

Situasi kian mencekam ketika roket RM 70 GRAD dimuntahkan secara bertubi-tubi. Lidah api yang panjang mengiringi hujan roket yang menembus sisi-sisi gunung dan menerjang pusat pertahanan musuh.
Suasana ini merupakan pelaksanaan rangkaian latihan puncak TNI Angkatan Laut (AL) bersandi Armada Jaya XXXI tahun 2012 yang digelar di Pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Senin (15/10).

Latihan ini melibatkan semua unsur kesenjataan dan kekuatan TNI AL. Mulai dari kapal perang (KRI) dari berbagai jenis yang melakukan penyekatan dan pertempuran laut. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Soeparno, menyaksikan langsung latihan tersebut.
Pertempuran juga didukung kapal Landing Platform Dock (LPD) dan Landing Ship Tank (LST) yang memuat ratusan prajurit marinir lengkap dengan seluruh kesenjataan infanteri, artileri dengan HOW 105 dan roket RM 70 GRAD, kavaleri dengan tank terbaru BMP 3F dari Rusia, serta LVT-7 dari Korea Selatan disamping tank lama.

Adapun kekuatan unsur yang tergabung antara lain 30 KRI dari berbagai jenis, pesawat udara berupa 4 unit cassa KMA, 2 unit heli bell, dan 2 unit heli BO-105. Untuk personel marinir, terdiri dari satu brigrat (2.681 personel), 17 tankfib, 33 RRF/BTR 50P, 8 KAPA, 2 RM 70 GRAD, 6 HOW 105, 3 MER 57, dan 2 truk TATRA.

Gladi lapangan Armada Jaya XXXI ini terdiri dari penembakan senjata strategis TNI AL dilaksanakan di Laut Sulawesi pada tanggal 12 dan 13 Oktober 2012. Serta pendaratan pasukan marinir di pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon pada tanggal 15 Oktober kemarin.
Saat penembakan rudal di Laut Sulawesi, terjadi peristiwa yang tidak terduga. Awalnya, target berupa LST akan dilumpuhkan dengan lima jenis rudal. Yaitu KRI OWA-354 ujicoba rudal Yakhon, KRI DPN 365 exocet MM 40 blok 2, KRI AHP 355 ujicoba rudal C 802, KRI 402 dan KRI AJK 653 ujicobaa TPO SUT, serta dari KRI FKO 368 Mistral-2.

"Namun ketika baru ditembak Yakhon saja, target sudah tenggelam. Awalnya ingin kita evaluasi dan dilihat hasilnya. Ternyata sekali ditembak habis. Kebetulan rudal yang lain sudah pernah dicoba. Hanya Yakhon yang belum pernah dicoba," kata KSAL, Laksamana TNI Soeparno.
Yang istimewa, rudal Yakhon itu ditembakkan dari jarak 185 kilometer dan langsung akurat menemui sasaran. "Memang 9 menit baru tenggelam. Namun ditembakkan dari jarak 185 kilometer. Anda bayangkan. Selama sejarah, baru ini yang menembak sejauh itu," katanya.
Dalam latihan ini dilakukan penembakan meriam maupun roket dengan skenario melindungi pasukan penyerang. "Dalam Armada Jaya XXXI ini, kita melaksanakan latihan secara lengkap. Mulai dari laut, pendaratan pantai, juga gerakan darat. Kita juga yakin senjata kita bisa digunakan dengan baik dan masih layak pakai," kata KSAL.

Serangan fajar dilaksanakan sejak subuh hingga sekitar pukul 07.00 Wita. Tembakan beruntun roket RM 70 GRAD menjadi pamungkas dari aksi tersebut. Lontaran berbunga api, dentuman yang keras, dan daya rusak yang kuat menjadi gambaran kualitas piranti tempur tersebut.
Pasca penembakan roket, pasukan infanteri masih terus melakukan perang darat, dan disimulasikan bergabung dengan TNI AD, untuk mengepung sarang musuh. Perang darat rencananya masih berlangsung hingga pukul 17.00 hari ini (16/10).

KSAL bangga dengan para prajurit yang dinilainya menjalankan misi latihan dengan baik. Ia pun berharap jajarannya bisa meningkatkan kualitas dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini penting sebagai modal untuk dipadukan dengan piranti alutsista yang semakin canggih.
Rombongan KSAL meninggalkan lokasi sekitar pukul 08.30 Wita menuju bandara Tanjung Bara dengan helikopter. Setelah itu langsung menuju Balikpapan untuk seterusnya menuju Jakarta.


Sumber : TRIBUNNEWS

T Jenazah Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Laksamana TNI (Purn) Sudomo, disemayamkan di kediamannya, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu (18/4/2012). Sudomo meninggal dunia pada pukul 10.00 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah karena sakit.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengungkapkan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian almarhum mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut tahun 1969-1973, Laksamana TNI (Purn) Sudomo (86). Menurutnya, Sudomo semasa hidupnya telah banyak berjasa untuk bangsa dan negara.
"Beliau banyak mencurahkan pikiran untuk pengembangan TNI Angkatan Laut. Jasa beliau cukup banyak mencatatkan sejarah di TNI," ujar Agus usai melayat di rumah duka di Jalan Sekolah Kencana IV, TM-19, Pondok Indah, Jakarta, Rabu (18/4/2012).
Salah satu momen yang paling diingat Agus adalah saat Sudomo memegang kendali dalam Operasi Mandala. Dalam operasi untuk perebutan Irian Barat, Sudomo ditempatkan sebagai Komandan Satuan Tugas Chusus (STC)-9, yang merupakan satuan penyusup berkekuatan kapal jenis motor torpedo boat (MTB).
Kapal-kapal di bawah komando Sudomo inilah yang kemudian terjebak kepungan kapal perang Belanda di Laut Aru, yang mengakibatkan tenggelamnya kapal Matjan Tutul bersama Deputi Operasi AL Komodor Yos Sudarso.
Dalam operasi perebutan Irian Barat inilah Sudomo yang lantas menjadi panglima unsur laut. "Beliau memiliki pengalaman penugasan yang cukup panjang. Baik di bidang, operasi militer maupun bidang pembinaaan TNI AL. Beliau banyak mencurahkan pikiran untuk pengembangan Angkatan Laut," kata Agus.
Hal yang sama juga diungkapkan Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul saat melayat di rumah duka. Menurutnya, Sudomo banyak memberikan ide-ide cerdas untuk memajukan TNI AL. "TNI turut berduka sedalam-dalamnya. Pak Domo kalau saya bilang, beliau sangat banyak jasanya untuk Angkatan Laut dan negara kita," kata Iskandar.

Sumber : KOMPAS

Laksamana TNI Soeparno. 
 
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, pengembangan armada RI menjadi tiga Komando Wilayah Laut (Kowila) diharapkan selesai pada 2014.

"Masih dikaji, dan jika perlu pengembangan armada RI juga sejalan dengan pengembangan organisasi di TNI Angkatan Udara dan TNI Angkatan Darat sehingga kita bersama-sama," katanya seperti dikutip dari Lembaga Kantor Berita Antara di Jakarta, Selasa (24/1/2012).

Ditemui seusai membuka Rapat Pimpinan TNI Angkatan Laut 2012, Soeparno mengatakan, pengembangan armada RI itu akan berjalan sesuai tahapan skala prioritas yang ditetapkan dalam Rencana Strategis TNI Angkatan Laut hingga 2024.

Ia mengatakan, pengembangan armada RI menjadi tiga komando wilayah didasarkan pada wilayah perairan nasional yang cukup luas dan kondisi lingkungan strategis yang tengah berkembang.

Selain itu, pengembangan komando wilayah laut dari saat ini dua komando, Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), menjadi tiga komando wilayah laut, merupakan penjabaran dari Rencana Strategis TNI Angkatan Laut (Renstra TNI AL) hingga 2024 untuk mewujudkan TNI AL yang besar, kuat, dan profesional.

Terkait pergeseran fokus kekuatan Amerika Serikat ke Asia Pasifik, salah satunya dengan penempatan pasukan marinirnya di Darwin yang berdampak meningkatnya pelayaran kapal-kapal militer asing, terutama melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia II dan III, Kasal menilai hal itu masih bisa diantisipasi dengan pengamanan oleh Koarmabar dan Koarmatim.

"Kekuatan di dua komando armada yang telah ada itu kan bisa dimobilisasi, sesuai kebutuhan. Dan dengan tercapainya kekuatan pokok minimum (minimum essential forces atau MEF), semua bisa dikoordinasikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat ancaman yang dihadapi, dan perkembangan lingkungan strategis yang ada," Kasal menambahkan.

Meski demikian, ia melanjutkan, pihaknya berharap pengembangan armada tersebut dapat diselesaikan pada 2014.

Direncanakan, Komando Wilayah Laut Barat (Kowilla Barat) akan berkedudukan di Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kowilla Tengah di Makassar (Sulawesi Selatan), dan Kowila Timur berpusat di Sorong, Papua.

Dalam Rapat Pimpinan TNI Angkatan Laut 2012, dibahas beberapa agenda utama, yakni pengadaan alat utama sistem persenjataan, pembinaan personel, kesejahteraan prajurit, dan reformasi birokrasi.
 
 
Sumber : ANT/KOMPAS

KRI Harimau, Saksi Bisu Pertempuran Laut Aru
  Kapal perang Republik Indonesia (KRI) Harimau peninggalan bersejarah dari upaya perebutan wilayah Irian Barat dari tangan penjajah ke Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sekarang dikenal sebagai wilayah Papua, ada di Museum Purna Bhakti Pertiwi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur.

Satu-satunya kapal peninggalan sejarah konfrontasi militer Indonesia-Belanda pada 1961 ini berdiri kokoh di daratan Jakarta. Kapal perang jenis motor torpedo boat (MTB) dengan bobot 183,4 ton dengan kelas Jaguar atau terbuat dari besi baja ringan buatan Jerman Barat ini dibeli pemerintah Indonesia dan bergabung di armada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) pada 1960. Kapal ini dimaksudkan untuk membantu menyelamatkan wilayah NKRI dari jajahan dan serbuan tentara Belanda.

"Sayangnya saat kapal ini dibeli dari Jerman Barat tidak dilengkapi dengan amunisi terpedonya, hanya tabungnya saja. Karena waktu itu dilarang sama negara Sekutu. Alhasil, kita perang di Laut Aru itu tidak menggunakan terpedo. Dan dalam peristiwa Aru-nya tidak untuk perang tapi digunakan untuk infiltrasi atau menyelundupkan tentara kita di daratan Irian Barat dan operasinya sendiri bersifat rahasia," kata Ridhani, penasihat Direktur Musium Purna Bhakti Pertiwi di TMII Jakarta Timur, Jumat (10/2).

Setelah pertempuran Aru tersebut, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Presiden Soekarno mengangkat Soeharto selaku Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Ia yang mengomando perebutan wilayah Irian Barat dari tangan Belanda ke NKRI itu juga memerintahkan KRI Harimau ikut dalam perang tersebut atau disebut Trikora (Tri Komando Rakyat).

"Karena Pak Harto ahli strategi, maka dalam waktu relatif singkat maka dibentuklah Komando Pasukan Mandala dan itu pasukan gabungan terbesar pada waktu itu," tuturnya.

Di sisi lain, Hary Supryatna selaku perwakilan TNI AL yang ditugaskan untuk mengawaki KRI Harimau di museum ini menjelaskan setelah kapal tersebut dipakai untuk berperang di Laut Aru, Irian Barat, kapal tersebut disimpan di Armada Timur Indonesia di Surabaya. "Lalu dibawa ke Jakarta melalui Tanjungpriok lalu dibawa ke museum ini," jelasnya.

Di eranya, KRI Harimau hanya bisa mengangkut prajurit yang jumlah awaknya itu hanya cukup menampung 39 orang termasuk sang komandan dengan mesin diesel Mercedes-Benz MB 51B yang berkekuatan 3000 tenaga kuda dengan kecepatan 42 knot dan daya jelajah 500 mil laut. Kapal perang yang berdimensi panjang 42,6 meter, lebar 7,1 meter, dan draft 2,5 meter tersebut, kini menjadi museum hidup, lantaran kini kapal tersebut telah menjadi bagian dari museum Purna Bhakti Pertiwi.

Kapal KRI Harimau ini juga telah dilengkapi diorama sejarah perjuangan pada masa lampau yang dihiasi foto-foto dan lukisan berbahan dasar fiber yang berlokasi di lambung kapal, yang dahulunya tempat tersebut dipakai sebagai Kamar Mesin. Tak hanya itu, Ruang Dapur, Ruang Sekoci dan Ruang Komunikasi yang dahulu dipakai untuk berperang juga bisa dilalui oleh para pengunjung. Namun hanya ruang mesin saja yang dirombak untuk dijadikan diorama sejarah kapal tersebut.

Diperkirakan Sekitar 200 pengunjung bisa masuk ke kapal bersejarah ini. "Waktu kapal ini masih berfungsi waktu itu juga panglima operasi Mandalanya itu Pak Soeharto, karena Pak Soeharto itu ikut mengkomandoi KRI ini dan karena KRI ini satu-satunya yang selamat maka kapal ini dimuseumkan dan Pak Soeharto juga telah mengizinkan," tambah Ridhani.

Sementara soal pengangkutan KRI Harimau dijelaskan seorang perwakilan dari TNI AL Ibrahim. Berawal dari Tanjungpriok yang diangkut dengan truk trailer dengan kapasitas kekuatan 80 ton. Mesin dan peralatan yang memberatkan itu diangkat untuk beberapa hari sehingga bobot kapal menjadi berkurang. "Karena kapal ini besar dan lebar maka diangkutnya dengan dua buah trailer dengan kepala traktor dalam kecepatan 10 hingga 20 km per jam sehingga datang ke museum ini selama dua hari tiga malam," paparnya.

Pada 22 Agustus 1993, KRI Harimau diserahkan oleh TNI AL kepada Yayasan Purna Bhakti Pertiwi untuk dijadikan monumen. Hal itu baru dapat dilaksanakan setelah kapal direnovasi pada beberapa bagiannya yang selesai pada Jumat ini. Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparno meresmikan kembali penggunaannya sebagai monumen bersejarah di Museum Purnabhakti Pertiwi TMII.(BJK/ANS)
Sumber : Liputan 6 SCTV
 
Prajurit Batalyon Intai Amfibi-1 Marinir (Yontaifib-1 Mar) membantu mencari korban tenggelam di kali Kebraon Karangpilang Surabaya, Jumat (26/10/2012).
Sekitar pukul 09.30 korban tenggelam atas nama Ade Bekti Setyo Utama (17) bersama teman-temannya melaksanakan mencuci daging kurban di sungai Brantas Kebraon Surabaya, kemudian teman-temannya berusaha menolong tetapi korban tidak bisa ditemukan.
Pada pukul 10.00 WIB Perwira Jaga Yontaifib-1 Mar mendapatkan perintah dari Padis Pasmar-1 untuk menyiapkan Tim SAR dan melaksanakan SAR di lokasi tenggelamnya korban, setelah menerima perintah tersebut Perwira Jaga Yontaifib-1 Mar menyiapkan 2 Tim siaga SAR, (15 personel Yontaifib-1 Mar) beserta perlengkapannya yang dipimpin oleh Lettu Mar Alam.
Selang beberapa waktu kemudian sekitar pukul 10.15 Wib Tim SAR berangkat menunju lokasi tempat tenggelamnya pemuda tersebut, sesudah sampai ditujuan Tim SAR Yontaifib-1 Mar langsung koordinasi dengan pihak Kepolisian dan warga setempat untuk melaksanakan pencarian korban dengan cara menyelam, sekitar pukul 11.30 pencarian dihentikan dikarenakan sudah waktunya sholat Jumat, pada pukul 12.30 Wib pencarian dilanjutkan.
Selang waktu sekitar 3 jam dari waktu tenggelam, jasad Ade Bekti Setyo Utama putra dari bapak Jiran (Alm) ditemukan sekitar pukul 13.00 Wib.
Menurut Pasiops Yontaifib-1 Mar Mayor Marinir Joko Fitrianto mengatakan, saat penemuan itu, Ade hanya mengenakan celana boxer bermotif bunga dan ditemukan di kedalaman lima meter dan tidak jauh dari tempat korban awal tenggelam,” ujarnya.
"Jasad Ade masih terlihat segar dan tidak terdapat luka lecet ataupun darah keluar dari tubuhnya," imbuhnya.
Selanjutnya, jasad Ade Bekti Setyo Utomo diserahkan kepada pihak kepolisian yang selanjutnya di bawa ke Rumah Sakit untuk di otopsi dan di serahkan kepada pihak keluarga di Jl. Kebraon Gang I, Surabaya.
(Pen Pasmar-1)